Valentine's Day atau dengan kata lain hari kasih sayang adalah salah satu contoh hari besar di luar Islam yang
pada hari itu sebagian kaum muslimin ikut memperingatinya, terutama
pada kalangan remaja dan pemuda.
لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum, yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat, saling berkasih sayang, dengan orang-orang yang menentang
Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau
anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah
orang-orang, yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka,
dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke
dalam surga, yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di
dalamnya. Allah redha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas
terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah.
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang
beruntung." (QS. Al-Mujaadilah: 22)
Ada seorang gadis mengatakan bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya.
follow http://twitter.com/teguhprastyo40
Valentine’s
Day menurut literatur ilmiyah yang kita dapat menunjukkan bahwa
perayaan itu bagian dari simbol agama Nasrani. Bahkan kalau mau dirunut
ke belakang, sejarahnya berasal dari hari upacara
ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang
memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga
sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang
bernama Valentine’s Day. The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul:
Chistianity,
menuliskan penjelasan sebagai berikut: “Agar lebih mendekatkan lagi
kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara
Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint
Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada
14 Februari .
Keterangan seperti ini bukan keterangan yang mengada-ada, sebab
rujukannya bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini
menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari
ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari
ritual Romawi kuno. Sementara di dalam tatanan aqidah Islam, seorang
muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik
agama Nasrani ataupun agama paganis dari Romawi kuno. Oleh karena itu kiranya perlu dijelaskan kepada kaum
muslimin mengenai hukum merayakan hari Valentine atau yang sering
disebut sebagai hari kasih sayang.
Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikiran. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Padahal Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam, dielaskan, "Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut." (HR. At-Tirmidzi).
Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan pemikiran. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan. Padahal Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam, dielaskan, "Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut." (HR. At-Tirmidzi).
Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata, Memberikan ucapan selamat terhadap
acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa
perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas hari raya dan
puasa mereka, dengan mengucapkan, Selamat hari raya!! dan sejenisnya.
Bagi yang mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling
tidak itu merupakan perbuatan haram. Berarti ia telah memberi selamat
atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah subhanahu wata 'ala. Bahkan
perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah subhanahu wata 'ala
dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum
khamar atau membunuh. Banyak orang yang terjerumus dalam suatu perbuatan
tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang memberi
selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid’ah atau
kekufuran. Padahal dengan itu ia telah menyiapkan diri untuk mendapatkan
kemarahan dan kemurkaan Allah subhanahu wata ala.
Abu Waqid meriwayatkan, "Rasulullah shallallahu alaihi wasallam saat keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata, "Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath." Maka Rasulullah bersabda, "Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, "Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan." Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian." (HR. At-Tirmidzi, Hasan Shahih).
Abu Waqid meriwayatkan, "Rasulullah shallallahu alaihi wasallam saat keluar menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata, "Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath." Maka Rasulullah bersabda, "Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, "Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan." Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian." (HR. At-Tirmidzi, Hasan Shahih).
Syaikh Muhammad al-Utsaimin ketika ditanya tentang Valentine's Day
mengatakan, "Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena alasan
berikut:
Pertama; ia merupakan hari raya bid'ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari'at Islam.
Kedua; ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) - semoga Allah meridhai mereka -. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah subhanahu wata 'ala melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya."
Pertama; ia merupakan hari raya bid'ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari'at Islam.
Kedua; ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) - semoga Allah meridhai mereka -. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan. Semoga Allah subhanahu wata 'ala melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya."
Maka adalah wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat
syahadat untuk melaksanakan wala' dan bara' (loyalitas kepada muslimin
dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar aqidah yang
dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu'min dan
membenci dan menyelisihi orang-orang kafir dalam ibadah dan perilaku.
Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah:
Ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka'at shalatnya telah membaca ayat, artinya,
Bagaimana mungkin ia memohon kepada Allah subhanahu wata 'ala agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang mu'min dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri justru menempuh jalan sesat itu dengan sukarela.
Ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka'at shalatnya telah membaca ayat, artinya,
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ, صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah
Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS.Al-Fatihah: 6-7)Bagaimana mungkin ia memohon kepada Allah subhanahu wata 'ala agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang mu'min dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri justru menempuh jalan sesat itu dengan sukarela.
Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka
akan membuat mereka senang serta dapat melahirkan kecintaan dan
keterikatan hati. Allah subhanahu wata 'ala telah berfirman,
Di dalam ayat lainnya, artinya ;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى
أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ
فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
yahudi dan nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu), sebagian mereka adalah
pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil
mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zhalim." (QS. Al-Maidah: 51)Di dalam ayat lainnya, artinya ;
لا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Ada seorang gadis mengatakan bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang yang memperingatinya.
Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi: Perayaan
ini adalah acara ritual agama lain. Hadiah yang diberikan sebagai
ungkapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan dengan
pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan
mengakibatkan seseorang terobsesi oleh budaya dan gaya hidup mereka.
Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele,
tapi lebih mencerminkan pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak
memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria dan wanita
sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi
porak-poranda.
Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu
semua, sehingga kita tidak perlu meniru dan menyerupai mereka. Di
antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu mempunyai kedudukan
yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya
dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami dst, tapi
hal itu tidak kita lakukan khusus pada saat yang dirayakan oleh
orang-orang kafir.
Semoga Allah SWT senantiasa menjadikan hidup kita
penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus, yang menjadi
jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan
bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah
menjadikan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang disebutkan
dalam hadits qudsi, Allah subhanahu wata 'ala berfirman yang artinya,
"Kecintaan-Ku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, yang saling berkorban karena Aku dan yang saling mengunjungi karena Aku." (HR. Ahmad) (fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin)
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
"Kecintaan-Ku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, yang saling berkorban karena Aku dan yang saling mengunjungi karena Aku." (HR. Ahmad) (fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin)
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Seorang muslim dilarang untuk meniru-niru kebiasan orang-orang di
luar Islam, apalagi jika yang ditiru adalah sesuatu yang berkaitan
dengan keyakinan, pemikiran dan adat kebiasaan mereka.
- Bahwa mengucapkan selamat terhadap acara kekufuran adalah lebih
besar dosanya dari pada mengucapkan selamat kepada kemaksiatan seperti
meminum minuman keras dan sebagainya.
- Haram hukumnya umat Islam ikut merayakan Hari Raya orang-orang di luar Islam.
- Valentine’s Day adalah Hari Raya di luar Islam untuk memperingati
pendeta St. Valentine yang dihukum mati karena menentang Kaisar yang
melarang pernikahan di kalangan pemuda. Oleh karena itu tidak boleh
ummat Islam memperingati hari Valentine tersebutfollow http://twitter.com/teguhprastyo40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar