BINTANG DI TENGAH HUJAN
Oleh : Teguh Prastyo
Furqon sebut saja demikian, sosok pemuda yang luar biasa yang mungkin sempurna merasakan indahnya cinta dariNya. Walaupun beribu ujian derita kesulitan hidup yang mungkin semua orang tidak bisa menghadapinya dengan begitu ikhlas dan sabar. Tapi Furqon melalui hari-harinya dengan keikhlasan dan kesabaran yang tinggi terhadap takdir Allah untuknya, tidak pernah mengeluh ataupun putus asa, tidak ada rasa rendah diri, tetap tawadhu’ dan begitu santun dalam pergaulannya, sangat menjaga dirinya dari lawan jenis.
Kelembutan akhlaqnya yang dipelajari dari kisah-kisah Rodhiyallahuanhu membuat perilakunya lembut tapi tak lemah, meskipun ia tak sekolah yang bernotabenkan islam, namun pendiriannya terhadap agama yang dianutnya begitu kuat sehingga tidak terpengaruh dengan gaya teman-teman yang sebaya dengannya, dia juga tidak pacaran walaupun kadang ia iri dengan temannya yang suka bergandengan, berduaan, berboncengan, ada juga yang menghina dirinya “Gimana kamu bisa menikah kalau tidak pacaran ….? Emang kamu mau jomblo terus …?” Kata temannya. Tapi dia mengabaikan itu dan berusaha agar tidak iri dengan temannya. Karena dia tak ragu dengan janji Alllah bahwa laki-laki yang baik mendapatkan wanita yang baik , dan laki-laki yang buruk akan mendapatkan wanita yang uruk pula. Untuk itu lah ia berusaha menjadi laki-laki yang baik dan senetiasa membalut agama islam dalam dirinya agar suatu ketika janji Allah datang kepadanya.
Dia sengaja menulis artikel ini untuk menceritakan seorang wanita muslimah yang ia Cintai karena Allah.
Awalnya ia bertemu dengannya disebuah acara MOPDIK/ Masa Orientasi Peserta Didik Baru, wanita itu sangat berbeda dengan wanita yang lain yang sibuk berbicara dengan teman-temannya tanpa mendengarkan guru yang sedang menerangkan, sedang wanita tersebut dengan seksama mendengarkan guru, berpakaian muslimah, tidak banyak bicara, sopan dan sepertinya akhlaqnya mulia seperti bintang dikegelapan malam.
Dari sikanya itulah aku tertarik dengannya dan ingin lebih dekat lagi, tapi aku hanya melihat dan memerhatikannya dari jauh, karena belum berani menghampirinya.
Ketika istirahat ada seorang laki-laki yang menghampiri wanita itu, rupanya ia ingin berkenalan dengan jabat tangan, tapi wanita itu tak peduli dan hanya berkata “MA’AF” dan langsung lari kedalam kelas. Dari kejadian itulah aku semakin semakin penasaran, lalu aku mencari tahu tentangnya kepada teman yang sudah kenal dia, “Kenapa teman mu itu cuek banget sama laki-laki yang belum dia kenal…?” Tanya Furqon. “dia memang cuek sama orang yang belum dikenal, tetapi kalau sudah kenal dia orangnya baik dan ramah, hanya saja ia menjalankan nasehat ibunya agar selalu menjaga diri, lisan dan akhlaqnya.” Jawab temanku.
Suatu hari ada pengumuman pembagian kelas pembelajaran, sudah takdir atau hanya keberuntungan saja aku satu kelas dengan wanita itu, Sebut saja namanya dewi dia memang sangat cantik, pintar, tidak sombong, sopan, tawadhu’ qona’ah dan lemah lembut. Bagiku hampir sempurna. Termasuk kriteria wanita sholikhah yang aku idamkan, tak heran jika banyak laki-laki dikelas maupun satu sekolah banyak yang suka dengan dia, dan semoga dia tidak malu berteman denganku.
Sejak pertama kali masuk sekolah Fuurqon memang sudah mencintainya karena Allah, hanya saja ia merasa tak mungkiin memilikinya, karena aku bukanlah orang yang tampan, kaya, pinter, dan banyak kekurangan ku. Memang aku nmencintainya dari dulu, namun aku hanya bisa melihat dan memperhatikannya dari jauh, berpura-pura tak suka, untuk menghindari kemaksiatan, aku belum ingin mengungkapkan ataupun menunjukkan walaupun cinta ini tidak akan sampai membuatku meninggal karena memendamnya. Malu atau apapun itu aku lebih baik bersembunyi darinya daripada harus merasakan getaran-getaran didada yang memebuatku aneh jadi tak karuan.
Disa’at jam pembelajaran tanpa sengaja mata saling melirik saling menatap ada sebuah gejolak rasa aneh melintas dalam dada, perasaan aneh yang semakin bergelora semakin lama semakin menyiksa lalu tersadar keduanya “Astaghfirullah” rupanya setan sudah mulai menancapkan godaan sesatnya, Furqon dan Dewi segera mengalihkan pandangannya demi menjaga kemuliaan dan menghindari zina.
Seiring berjalannya waktu Furqon dan Dewi menjadi teman yang sangat akrab dan membangun persahabatan karena Allah meskipun sudah kuliyah di tempat yang berbeda dan jarang ketemu, persahabatannya tetap dijaga meski hanya bekomunikasi lewat pesan.
Walaupun semua tahu Furqon hanyalah manusia biasa, laki-laki biasa yang Allah karuniakan keinginan untuk bisa membentuk rumah tangga bersama wanita sholikhah namun Furqon mencoba untuk tahu diri dengan keadaan dirinya maka dia pun tidak pernah mengatakan keinginannya bahkan hanya dengan kata kiasan. Suatu ketika ia ditanya Dewi “ Adakah akhwat yang engkau kehendaki sebagagi istri ……..?” Furqoh hanya tersenyum malu, jawabnya saat itu ‘Allah yang lebih tahu yang terbaik untuk aku” SUBHANALLAH.
Semua tetap berikhtiar menentukan takdir yang akan menjadi pendampingnya, walau beribu kali harus menahan rasa. Memang tak bisa memaksa akhwat yang belum siap menerima kondisinya, karena bagaimamnapun juga pernikahan akhirnya harus terangkum antara kedua pihak yang melakukannya
Janji dan cinta Allah memang tak bisa menjauh dari hamba-hambanya yang ikhlas dan selalu bersyukur atas semua takdir yang ditetapkan padanya. Sesosok Dewi wanita sholikhah dengan fisik sempurna nyaris tanpa cela yang bisa saja memilih seorang laki-laki yang sekufu dengannya atau lebih dari itu, namun pada akhirnya mengikhlaskan diri untuk menetapi takdir menjadi bidadari akhi Furqon.
Melewati proses meyakinkan diri, berkali-kali dicoba untuk difikir ulang memastikan keputusan dengan menjelaskan detail bagaimana dan seperti apa Furqon sebenarnya, juga kepada keluarganya, dan kehendak Allah tidak bisa menduga Dewi menjawab “INSYAALLAH” dia yang terbaik, saya tidak melihat dari fisiknya, tapi saya melihat ada cahaya yang menyatukan denganku didunia dan mengantarkanku kesurga insyaallah. Sekali lagi rekan-rekan hanya mampu bertasbih, bertakbir, bertahmid. Setelah Furqon tahu hasilnya seketika air matanya mengalir deras terangkai dengan sujud syukur yang begitu lama.
Indahnya karunia dan keikhlasan seorang hamba.
Dewi mungkin mungkin mutiara yang diperuntungkan untuk seortang mutiara Furqon ia menjadi sesosok akhwat yang begitu luar biasa. Selanjutnya, setelah keduanya saling mencintai dan keduanya sudah saling merestui, kini Furqon menghampiri seorang mutiara untuk meminang dan menjadi permaisuri didalam hidupnya. Kini Furqon dan Dewi menjadi mutiara-mutiara indah yang mungkin keelokannya tak bisa dilihat dengan jelas, Allah tak pernah salah memilih hambanya menjadi mutiara penuh cahaya walau ia berkubang dalam Lumpur kekurangan.
Mereka tetaplah seperti bintang yang menghiasi malam di tengah hujan hingga detik ini, sekian tahun Allah mengumpulkan mereka dalam mahligai pernikahan. Semakin kokoh dalam rumah tanggga, semakin kuat, saling mendukung tak surut dalam perjalanan dakwah, dan telah lahir bintang-bintang yang mampu hidup di tengah kehidupan yang begitu santun, tawadhu’. Cerdas. Insyaallah
pembuat
nama: teguh prastyo (tepraz)
kota: kudus jateng
fb: tepraz strong
mampir gan dan bantu klik iklan nya ya www.berita294.blogspot.com
BalasHapus